Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Selasa, 20 Desember 2011

KELUH KESAH YANG MENYENGSARAKAN


KELUH KESAH YANG MENYENGSARAKAN
Oleh Elvira Suryani



Apa yang senantiasa ditargetkan oleh manusia tak selamanya tercapai dengan tujuannya semula. Ingin mendapatkan pendapatan yang lebih, ingin cepat sampai, ingin perjalanan lancar, ingin jabatan naik. Banyak ingin-ingin lainnya yang telah direncakanan dengan matang, jadwal yang rapih dan ternyata tidak tidak sesuai dengan kehendak manusia. Apa yang terjadi adalah munculnya sifat keluh kesah, sebagaimana Allah berfirman:

Artinya:
Sesungguhnya,manusia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir.” (Qs.Al-Ma’rij: 19).
Banyak kekhawatiran-kekhawatiran yang membuat hidup manusia tidak tenang, Bahkan menyesatkan dan sampai pada perbuatan nekat yang merugikan orang lain.Mungkin kita bisa ambil contoh kisah seorang ayah yang tidak sabar dalam mendidik anak-anaknya, dengan berbagai macam kebutuhan hidup yang menderanya. Sementara sang ayah hanya bekerja sebagai buruh bangungan yang pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya sehari-hari. Ia telah mengeluarkan tenaga dari pagi hingga petang hari secara maksimal, lalu yang dia dapat adalah upah Rp. 10.000 setiap harinya. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu bahkan sampai hitungan tahunpun juga seperti itu. Ia merasa sudah bekerja dan berdo’a maksmimal kepada Allah supaya diberikan rizki yang lebih oleh Allah. Namun, pada kenyataan nya tetap saja rizkinya tidak berubah setiap harinya. Keluh kesahpun bersemayam dalam dirinya, bahkan tak jarang mengupat dengan keadaan. Sampai pada akhirnya sang ayah tadi, karena tidak tahan dengan penderitaan hidup dengan anak yang banyak, sang ayah nekat mengakhiri nyawa anak-anaknya dengan alasan untuk mengurangi beban hidupnya.
Persoalan tidak putus sampai disitu saja, bahkan berujung kepada penjara. Keluh kesah tersebut menyisakan persoalan yang terkadang tidak berujung. Memunculkan berbagai macam kesalahan-kesalahan yang tiada hentinya sebagai tindakan yang lahir darinya. 
  
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (Qs. Al-Ma’rij:20-21).
Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh selain dari contoh yang disebutkan diatas yang sering kali kita dengar di lingkungan sekitar kita. Seperti halnya karyawan yang sering mengeluhkan gaji dan jabatan yang tidak naik-naik, kemacetan yang tak kunjung selesai, dan bahkan hal terkecil yang yang kita anggap sepele sekalipun bagi orang yang berkeluh kesah merupakan bencana besar yang menimpa hidupnya.
Keluh kesah hanyalah menyengsarakan hati, membuat hidup kita tidak tenang bahkan jauh dari rasa syukur kita kepada Allah yang telah menciptakan kita di muka bumi ini. Setiap keluh kesah yang bersemayam dalam diri kita, yang ditimbulkan adalah rasa sakit yang tiada henti. Hati tak pernah lapang, sempit terus-menerus. Sehingga akibat fatal yang dimunculkan banyak sekali. Bisa saja kita menjadi orang yang fasik bahkan murtad dari agama Allah.
 Meredam Keluh Kesah

Untuk meredam sifat keluh kesah manusia dapat dilakukan dengan salah cara yakni bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Coba kita lihat disekeliling kita, lihatlah apa yang telah kita punyai selama ini.
Hidup yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah untuk kita syukuri. Kita diberikan kesempatan untuk menghirup udaranya. Menikmati hasil buminya. Menikmati berbagai macam nikmat yang tak terhitung bahkan penciptakan diri  kita sendiri. Andaikan sebuah anggota tubuh ini dihargai satu-persatu mungkin tidak cukup buat kita untuk membayarnya kepada Allah. Karena kita tak mampu membuat sesempurna apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Bahkan dengan amalan yang telah kita  lakukan ribuan tahun belum mampu kita membayarnya. Luar biasanya Allah, apa yang kita lakukakan di muka bumi ini akan dikembalikan kepada kita sendiri. Semua tergantung kepada perbuatan kita.
Namun, itulah sifat manusia. Tak jarang dari kita yang selalu berkeluh kesah dengan apa yang diberikan oleh Allah. Selalu merasa kurang. Allah telah memberikan rezeki yang melimpah, masih saja kurang dan ingin menumpuk lebih banyak lagi. Allah sudah memberikan kecantikan. Bagi orang yang berkeluh kesah, tetap ada yang masih kurang.
Dulu manusia berdo’a ketika dia miskin ingin menjadi orang kaya. Lalu Allah mengabulkannya. Lalu setelah itu ia berdoa lagi ingin diberikan pendamping hidup. Allah mengabulkan. Setelah itu mereka mengingkari dengan merusak pernikahan mereka dengan alasan tidak cocok dengan pasangan mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah selingkuh, bahkan berakhir kepada perceraian.
Keluh kesah selalu menyumbat pola berfikir positif manusia terhadap sesuatu. Kita tak bisa menemukan solusi dari permasalahan hidup yang kita hadapi dengan pikiran-pikiran sempit kepada Allah. Karena Allahpun mengabulkan sesuatu sesuai dengan prasangka umat-NYA. Bagaimana kita menemukan alternatif-alternatif perubahan. Jika yang bersemayam dalam diri kita adalah keresahan-keresahan yang berkepanjangan. Kita tidak akan mendapatkan kebaikan-kebaikan. Jika hati terus dilanda ketidaktenangan dengan kondisi hidup yang diberikan oleh Allah, maka kekufuran akan bersemayam yang menjadikan hati mati dari cahaya iman.
Kekesalan yang kita bangun justru akan menjadikan amarah yang bisa saja membunuh diri kita sendiri. Hati yang terlampau sering sesak dan bergelora tanpa pernah disirami dengan nilai keimananan. Maka hati tersebut bisa menjadi keras, kebenaran akan susah masuk. Hati tak bisa lagi memisahkan antara yang benar dengan yang salah. Alamat semakin terpuruklah manusia tersebut di jalan kesesatan. Na’uzubillah min zalik.
Allah berfirman:

 
dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim:7).
Berkaca pada firman Allah yang disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7 ini bahwa dalam Islampun untuk mengatasi keluh kesah sudah diberikan panduannya dengan kita bersyukur dengan apa yang diberikan Allah. Menerima segala takdir yang telah di buat-NYA. Serta memiliki keyakinan bahwa dibalik setiap kisah-kisah yang diberikan kepada kita sebagai umat-NYA, tersimpan berjuta hikmah yang dapat memberikan pelajaran buat manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dengan menukar keluh kesah dengan rasa syukur yang terus-menerus, manusia tak akan pernah rugi. Bahkan Allah berjanji dengan menambahnya dengan sesuatu yang tidak terduga. Kemudian Allah menjadikan hati kita lebih tenang dan tentram. Tiada lagi kekhawatiran yang berujung negatif. Keluh kesah  kita arahkan pada keluh kesah positif (ukhrawi), bagaimana amalan Ibadah kita bisa diterima atau tidak oleh Allah. Dengan keluh kesah positif kita akan senantiasa meningkatkan mutu amal ibadah kita menjadi lebih baik.
Orang yang senantiasa menyandarkan segala sesuatu kepada Allah. Meyakini bahwa takdir Allah adalah takdir yang terbaik dan segala sesuatu sudah di atur dalam Lauh Mahfuz. Maka ia akan menjalani hidup ini dengan baik, hati yang damai, dengan senantiasa mengharap ridho Allah SWT bahwa segala sesuatu adalah pemberian yang terbaik. Sikapnya akan bijaksana dalam menyikapi setiap kejadian-kejadian. Ia jauh dari kebekuan. Hidupnya terasa lapang. Tutur katanya lebih santun dan  jauh dari sifat mengupat dan berkeluh kesah yang dapat menyengsarakan.
Perbanyak Zikir Kepada Allah
Selain menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah untuk menghilangkan rasa keluh kesah kita. Dengan berzikir akan membantu kita untuk membasuh hati kita dengan asma-asmanya. Melembutkan hati yang sedang gundah gulana. Berzikir tidak hanya dalam tataran lafaz namun dalam prilaku kita sehari-hari. Zikir tak hanya dalam keadaan kita sedang sholat saja, namun kapanpun dan di manapun kita berada. Zikir dapat kita lakukan bahkan dalam kondisi, duduk, berdiri maupun sedang berjalan. Subahanallah, Maha suci Allah dengan segala ketentuan-NYA.
Sebagaimana firman Allah mengatakan bahwa:  

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Qs. Ar.Rad:  28 ).
Dengan memperbanyak zikir kepada maka Allah akan memberikan ketentraman hati. Rasa nyaman dan kebahagiaan yang tak akan terbeli dengan apapun. Orang-orang seperti ini akan senantiasa tawadhu, rendah hati, dan jauh dari hal-hal yang membuatnya lalai mengingat Allah.
Zikir dapat membawa manusia ke alam berfikir tentang kekuasaan Allah. Mengapa Allah menciptakan semua ini. Mengapa Allah memberikan ujian dan cobaan. Mengapa Allah memberikan kesenangan dan kesedihan. Mengapa Allah menghidupkan dan mematikan. Mengapa Allah mengecilkan dan membesarkan. Banyak pertanyaan mengapa lainnya yang dapat kita urai dan kita ungkap. Allahuakbar, Maha Besar Allah yang telah menciptakan apapun di dunia ini. Jadi, buat apa kita menjadikan hidup kita resah terus menerus, sementara kita sudah tahu bahwa segala sesuatu telah diatur untuk menguji seorang hamba yang mengaku beriman kepada-NYA.
Menanamkan Sifat Tawakal
Selain bersyukur dan senantiasa berzikir kepada Allah atas apa yang diberikannya kepada kita, salah satu sifat yang dapat menentramkan kita adalah dengan bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Dengan sifat ini kita tak perlu gelisah dan resah, jika segala sesuatu sudah kita lakukan dengan maksimal. Manusia yang memiliki sifat tawakal, dia yakin betul bahwa pemberian Allah adalah pemberian yang terbaik. Keputusan Allah adalah keputusan yang terbaik. Meski jauh dari apa yang dia harapkan. Dia akan tetap memperbaiki apa yang kurang dalam setiap ikhtiarnya. Ketawakalan kepada Allah akan menjauhkannya dari sifat keluh dan kesah. Wallahu a’lam bi Shawab. 


Tulisan Ini di Muat di Buletin Masjid Al-Fatah Unisma, Edisi Agustus 2011, Vol 3, NO.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar