(Ulasan
Pemikiran Widjojo Nitisasto )
(Ilustrasi Gambar:wallpaperwide.com)
Uraian kompas tentang peluncuran
buku “Pengalaman Pembangunan Indonesia, Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisasto”
mengajak kita untuk berkaca kepada sejarah, dimana Indonesia pernah menikmati
kejayaan masa silam dengan tingkat perekonomian yang membaik sampai-sampai produksi
ekspor yang tinggi pada era 80-an.
Menurut ekonom senior Emil Salim
menjelaskan tentang pemikiran Widjojo bahwa sebagai arsitek perekonomian
Indonesia masa dulu masih relevan untuk dijadikan pelajaran di masa sekarang.
Penentuan skala prioritas yang
disepakati bersama dan dijalankan dengan konsisten, efesiensi di semua
pengambil kebijakan serta keteguhan mencapai tujuan pembangunan untuk rakyat
adalah sebagian dari pemikiran senior Widjojo yang masih bisa dipakai untuk
menjawab tantangan persoalan bangsa kita saat ini.
Bahkan Ekonom M. Arsyad Anwar
menambahkan, Widjojo mengidentifikasikan penyebab kegagalan Negara berkembang
antara lain:
- para pemimpin gagal menetapkan prioritas secara konsisten
- para pemimpin juga tidak bisa mencapai kesepakatan diantara mereka sendiri tentang skala prioritas yang diperlukan
- Kalaupun berhasil menyepakati skala prioritas, mereka tidak mau konsisten .
M. Chatib Basri juga menilai
Widjojo juga merupakan orang yang tidak mempercayai mekanisme pasar sepenuhnya
(Planing throught the market,
menggunakan pasar sebagai instrument).
Tidak hanya para pakar-pakar yang
telah mumpuni dibidangnya yang menyetujui pemikiran dari Senior Widjojo, namun
wakil presiden Indonesia Prof. DR. Budiono pun mengaku pernah belajar dari
beliau.
Kata-kata sang Widjojo yang masih
terpakem oleh Budiono tentang kepemimpinan, beliau mengatakan seorang pemimpin
harus siap dikritik, dicerca, tetapi terus bekerja. Widjojo juga mencermati
demografi ketika akan merencanakan dan membangun perekonomian Indonesia dengan
cermat.
Seorang Widjojo memiliki
pandangan yang tidak berbeda jauh dari para pendiri Republik Indonesia ini,
yakni mempertemukan tujuan keadilan dengan memakmurkan dan pemerataan dengan
pertumbuhan. “Cita-cita itu tumbuh dari dalam, bukan dicangkok dari luar”.
Sudah sepantasnya para pemimpin
negeri ini mengkaji ulang kembali, pemikiran-pemikiran para pendahulu yang
masih relevan untuk perubahan negeri ini. Kita memang tidak bisa lepas dari
sejarah. Karena dengan sejarah manusia bisa belajar dari apa yang sudah
terjadi. Sesuatu yang baik dapat dikembangkan dan peninggalan sejarah yang
buruk dapat dijadikan pelajaran untuk perbaikan bangsa ini.
Dikutip dari artikel kompas
(edisi, Jum’at 15 januari 2010, Pemikiran Widjojo masih tetap Relevan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar