Diskusi
Publik Menuju PILKADA Kab. Bekasi
“SMART LOCAL
GOVERNMENT LEADER FOR GOOD INVESTMENT
POLICY”
Dialog
Diskusi semalam (27/12) yang digagas oleh Institute Leadership Indonesia, masih
memunculkan tanda tanya dibenak saya. Diskusi yang bertempat di @ Home Hotel,
Plaza Metropolitan Tambun Bekasi ini membahas tentang sosialisasi PILKADA yang
akan berlangsung pada bulan Maret mendatang. Dalam diskusi publik sedianya
empat orang narasumber yang akan
berbicara pada malam itu, namun pada kenyataannya dua orang tidak hadir dengan
alasan tertentu. Dari KPU dan Praktisi pendidikan.
Baiklah,
tidak masalah yang terpenting bisa menghangatkan diskusi publik dengan kondisi
peserta yang tadinya ditargetkan oleh panitia sebanyak 50 orang, yang hadir
hanya sekitar 25 orang , termasuk saya dan 3 rekan dosen senior lainnya (dari
akademisi).
Awal
diskusi sebetulnya akan dibuka oleh Ketua KPU Kab. Bekasi yang akan
mensosialisasikan mengenai PILKADA Kab. Bekasi Pada tahun 2012 nanti. Namun
beliau tidak hadir, digantikan oleh sekrtaris beliau Bapak Rahmat Nuryono,
M.Si. Itupun tidak begitu banyak membahas tentang kondisi pilkada Kab. Bekasi.
Pemaparan yang singkat, namun menyisakan tanya yang perlu dijawab berkenaan
dengan aturan-aturan PILKADA 2012 mendatang.
Sekitar 10
menit, moderator telah mempersilahkan pembicara pertama yang berasal dari Ketua
Ombudsmen RI ( kinerjanya hampir mirip dengan KPK), yakni Bapak Danang
Girindrawardana). Dalam paparan makalahnya, beliau menyampaikan pentingnya memilih pemimpin yang berani merombak persoalan-persoalan yang muncul dalam
birokrasi pemerintahan. Salah satunya,
masalah yang masih mendarahdaging di kalangan elit pemerintahan “Maraknya KKN”.
Ada
beberapa kriteria yang beliau ditawarkan kepada calon kandidat yakni sebanyak 6 kriteria yang nantinya
menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih. 1) Memangkas birokrasi yang
gemuk dalam pemerintahan, berarti memaksimalkan kinerja pegawai-pegawai yang
handal. 2)Mengkampanyekan reformasi Birokrasi kepada kalayak, jika dalam masa
pemerintahannya , birokrasi dianggap sudah tidak layak dan diperlukan
pembaharuan. 3) Memperbaiki moral para
pegawainya yang dianggap bobrok dan mencemarkan pemerintahannya. 4) Memangkas
Nepotisme dalam birokrasi.(5 mengontrol anggaran yang begitu besar dengan
melakukan efesiensi, efesiensi di berbagai bidang.(6 memangkas korupsi yang masih
menjadi darah daging dalam masyarakat. Setidaknya ada 6 point tersebut yang
saya tangkap dalam pemaparan beliau.
Disamping
ada tantangan dari pembicara tersebut yang mengatakan “Dicari pemimpin yang
berani populis. Saat ini diperlukan
pemimpin yang berfikir makro, bukan mikro. Permasalahan yang berkembang
dimasyarakat sudah komplek dan tidak berkutat di daerahnya saja, namun sudah
berkembang ke berbagai wilayah-wilayah lainnya, bahkan sampai pada taraf
internasional.
Menurut penilaian
Ketua Onbustman, pemimpin saat ini
jarang yang memiliki keberanian untuk memangkas birokrasi yang sudah dibuatnya
sendiri. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari janji-janji kampanye yang
sudah diikrarkan di kontrak politik dengan beberapa partai koalisi, sehingga
adanya rasa sungkan. Ketika birokrasi membutuhkan perombakan, hal itu jarang
dilakukan. Seperti halnya yang dilakukan
oleh Susilo Bambang Yudoyono ketika mereformasi Birokasi bukan memangkas,
menggemukkkan. Sehingga pos-pos anggaran bertambah, seiring dengan pertambahan
elit-elit politik yang masuk di jajaran birokrasi.
Pembicara
kedua berbicara masalah “Prespektif Investor terhadap Kebijakan Pemerintahan
Daerah: (Vice President MGM:Ir. Purwanto, MT.). Ada slogan yang beliau sebutkan
bahwa jika ingin mendapatkan lebih, kita harus berbuat lebih. Berbicara masalah
investasi, beliau mengatakan bahwa terbagi ke dalam dua golonga; 1) Investasi
dari leher ke atas, 2) Investasi dari leher
ke bawah. Investasi dari leher ke atas adalah investasi berupa
pendidikan kepada masyarakat sehingga mereka bisa berfikir untuk meningkatkan
taraf hidupnya. Berbeda halnya dengan investasi dari leher ke bawah yang lebih
bersifat konsumtif, sehingga menumbuhkan masyarakat yang bergantung dan lebih
berfikir instant.
Permasalahan
yang ada di pemerintahan kita adalah “Local Society” krisis kepercayaan
masyarakat rendah. Pemberdayaan sumber daya penting untuk meningkatkan kualitas
kinerja pemimpin.
Beliau
sempat membahas pentingnya kriteria khusus pemimpin yang ditentukan oleh
masyarakat. Seperti halnya di zaman Kerajaan Majapahit, ketika Patih Gajah Mada
menjadi pemimimpin, memiliki 18 kriteria yang diajukan oleh masyarakat. Sayang
sekali pemaparannya tidak terlalu panjang lebar, hanya sekilas saja, salah satu
kriterianya adalah menjadi abdi masyarakat (pelayanan masyarakat/Abdidamika).
Dari
pemamparan kedua pembicara tersebut berkembang ke arah diskusi. Masalah Diskusi
yang diangkat lebih kepada kasus-kasus yang berkaitan dengan masalah dampak
Investasi yang lebih cenderung kepada sektor industry dan jasa. Sektor
pertanian yang menjadi lumbung pangan masyarakat tidak tersentuh sama sekali
oleh para investor. Kemudian penekanan pada sanitasi yang menjadi sumber
masalah dengan banyaknnya lahan-lahan perumahaan serta Industri-industri yang
bermukim di wilayah kab. Bekasi. Dampak ini cukup signifikan terhadap
pengelolaan sumber air bersih dan resapan air yang menjadi penyebab utama
banjir.
Para
audience diskusi publik terdiri dari organisasi kemasyarakat, pengusaha dan
praktisi pendidikan. Salah satu organisasi kemasyarakatan yang hadir pada malam
tersebut adalah HKTI (Himpunan Kelompok Tani Indonesia) Kab. Bekasi yang
mempertanyakan masalah investasi di bidang pertanian yang jarang dilirik oleh
para investor. Kemudian para pengusaha yang bergerak di bidang Industri lebih
mengeluhkan tentang kenaikan UMK (Upah minimum Kabupaten) , kekhawatiran mereka
terhadap larinya para investor ke wilayah lain yang memiliki UMK lebih rendah
di bandingkan Indonesia. Hal ini pun sudah terjadi di Negara RRC yang menaikkan
Upah para pekerjanya sehingga kalangan investor dari luar banyak yang menarik
perusahaan-perusahaan dari negeri China tersebut.
Isue
pemekaran wilayah Kabupaten Bekasi, pendidikan khusus calon Bupati sempatkan di
paparkan oleh para dosen Unisma Bekasi. Perlunya memunculkan pendidikan
karakter bagi pemimpin agar lahirnya para pemimpin-pemimpin yang memiliki
akhlak pancasilais.
Pemaparan
dari diskusi Publik tersebut lebih bersifat pandangan-pandangan yang akan di
kembangkan pada debat kandidat calon Bupati Kab. Bekasi bersama rakyat
kabupaten Bekasi. Semoga wacana yang dibahas tidak hanya sekedar wacana yang
mencuap kemudian menghilang begitu saja tanpa adanya solusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar