Oleh Elvira Suryani, S.IP
Aku
akan bangga, jika negeri ini di pimpin oleh seorang yang memiliki sosok seperti
khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Negeri yang penuh dengan kejayaan, tak ada lagi
orang yang minta-minta, tak ada lagi pengemis, dan orang miskin.
Bahkan
di masa pemerintahan beliau, zakatpun sudah di ekspor ke Negara lain, karena
sudah tidak ada lagi yang mau menerima zakat di negeri yang beliau pimpin. Subahanallah, betapa indahnya hidup,
ketika syari’at tidak sekedar retorika belaka, tidak hanya sekedar simbol saja,
namun dijadikan pondasi dan aktualisasi dalam menjalankan kehidupan bernegara.
Jika
dibanding dengan Indonesia saat ini , sangat jauh sekali dari hal tersebut,
meski banyak penduduk yang beragama Islam, namun kita jauh sekali dari
nilai-nilai keislaman tersebut. Power seorang pemimpin hanyalah terlihat dari
batasan fisik, bukan akhlak dan kredibilitas yang mampu mengayomi masyarakat.
Uang menjadi prioritas penentu dalam
merebut kekuasaan, bukan akhlak.
Miris
sekali melihat kondisi negari yang carut-marut ini,masyarakat sekarang pun
sudah apatis terhadap pemimpin. Siapapun pemimpinnya semua tetap akan di hujat,
di diskreditkan, bahkan dijatuhkan oleh lawan politiknya.
Aku
rindu, rindu sekali Indonesia yang berkarakter Islam, baik rakyat maupun
penguasa. Jika hal ini ditanamkan sejak dini kepada generasi, bukan hal yang
mustahil, 5 tahun ke depan Indonesia bisa bangkit kembali. Beragama dijadikan
pegangan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas kebangsaan dan kemasyarakatan.
Bukan memisahkan antara agama dan Negara seperti yang dilakukan oleh salah satu
founding father (pendiri bangsa) Indonesia
yakni Ir.Soekarno, pengkotak-kotakan keyakinan dengan pelaksanaannya lah yang
pada akhirnya kita tidak mampu mencapai tujuan yang kita inginkan. Karena
setiap pedoman dasar yang kita punya tidak kita gunakan dalam setiap
aktualisasinya.
Jika
hal ini sudah tertanam dalam masyarakat dan penguasa, maka hukum sebagai payung
(pelindung) masyarakat tidak akan mampu
lagi di tembus oleh para mafia hukum. Karena karakter keislaman sudah masuk
dalam diri para penegak hukum yang menyadari bahwa ada pertanggungjawaban besar
di negeri keabadian kelak ketika mereka menyelewengkan hukum yang sudah dibuat.
Kemudian negeri ini akan bebas dari kemiskinan, karena setiap masyarakat sadar dan memahami bahwa memberi adalah bagian dalam dirinya yang tidak bisa dipisahkan dalam kepribadiannya sebagai seorang yang beragama.
Kemudian negeri ini akan bebas dari kemiskinan, karena setiap masyarakat sadar dan memahami bahwa memberi adalah bagian dalam dirinya yang tidak bisa dipisahkan dalam kepribadiannya sebagai seorang yang beragama.
Banyak
hal lain lagi yang bisa dimunculkan dengan tumbuhnya kepribadian-kepriadian
yang berkarakter Islam, seperti; masyarakat yang taat hukum, masyarakat yang
bersih, masyarakat yang dermawan, masyarakat yang taat kepada pemimpinnya dan
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar