KELUH KESAH YANG MENYENGSARAKAN
Oleh Elvira Suryani
Apa yang
senantiasa ditargetkan oleh manusia tak selamanya tercapai dengan tujuannya
semula. Ingin mendapatkan pendapatan yang lebih, ingin cepat sampai, ingin
perjalanan lancar, ingin jabatan naik. Banyak ingin-ingin lainnya yang telah
direncakanan dengan matang, jadwal yang rapih dan ternyata tidak tidak sesuai
dengan kehendak manusia. Apa yang terjadi adalah munculnya sifat keluh kesah,
sebagaimana Allah berfirman:
Artinya:
“ Sesungguhnya,manusia itu diciptakan dalam
keadaan berkeluh kesah lagi kikir.” (Qs.Al-Ma’rij: 19).
Banyak
kekhawatiran-kekhawatiran yang membuat hidup manusia tidak tenang, Bahkan
menyesatkan dan sampai pada perbuatan nekat yang merugikan orang lain.Mungkin
kita bisa ambil contoh kisah seorang ayah yang tidak sabar dalam mendidik
anak-anaknya, dengan berbagai macam kebutuhan hidup yang menderanya. Sementara
sang ayah hanya bekerja sebagai buruh bangungan yang pendapatannya tidak
sebanding dengan pengeluarannya sehari-hari. Ia telah mengeluarkan tenaga dari
pagi hingga petang hari secara maksimal, lalu yang dia dapat adalah upah Rp.
10.000 setiap harinya. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu bahkan sampai
hitungan tahunpun juga seperti itu. Ia merasa sudah bekerja dan berdo’a
maksmimal kepada Allah supaya diberikan rizki yang lebih oleh Allah. Namun, pada
kenyataan nya tetap saja rizkinya tidak berubah setiap harinya. Keluh kesahpun
bersemayam dalam dirinya, bahkan tak jarang mengupat dengan keadaan. Sampai pada
akhirnya sang ayah tadi, karena tidak tahan dengan penderitaan hidup dengan
anak yang banyak, sang ayah nekat mengakhiri nyawa anak-anaknya dengan alasan
untuk mengurangi beban hidupnya.
Persoalan
tidak putus sampai disitu saja, bahkan berujung kepada penjara. Keluh kesah
tersebut menyisakan persoalan yang terkadang tidak berujung. Memunculkan berbagai
macam kesalahan-kesalahan yang tiada hentinya sebagai tindakan yang lahir
darinya.
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan
ia amat kikir”. (Qs. Al-Ma’rij:20-21).
Banyak hal
yang dapat kita jadikan contoh selain dari contoh yang disebutkan diatas yang
sering kali kita dengar di lingkungan sekitar kita. Seperti halnya karyawan
yang sering mengeluhkan gaji dan jabatan yang tidak naik-naik, kemacetan yang
tak kunjung selesai, dan bahkan hal terkecil yang yang kita anggap sepele
sekalipun bagi orang yang berkeluh kesah merupakan bencana besar yang menimpa
hidupnya.
Keluh kesah
hanyalah menyengsarakan hati, membuat hidup kita tidak tenang bahkan jauh dari
rasa syukur kita kepada Allah yang telah menciptakan kita di muka bumi ini.
Setiap keluh kesah yang bersemayam dalam diri kita, yang ditimbulkan adalah
rasa sakit yang tiada henti. Hati tak pernah lapang, sempit terus-menerus.
Sehingga akibat fatal yang dimunculkan banyak sekali. Bisa saja kita menjadi
orang yang fasik bahkan murtad dari agama Allah.
Meredam Keluh Kesah
Untuk
meredam sifat keluh kesah manusia dapat dilakukan dengan salah cara yakni
bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Coba kita lihat disekeliling kita,
lihatlah apa yang telah kita punyai selama ini.
Hidup yang
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah untuk kita syukuri. Kita
diberikan kesempatan untuk menghirup udaranya. Menikmati hasil buminya.
Menikmati berbagai macam nikmat yang tak terhitung bahkan penciptakan diri kita sendiri. Andaikan sebuah anggota tubuh
ini dihargai satu-persatu mungkin tidak cukup buat kita untuk membayarnya
kepada Allah. Karena kita tak mampu membuat sesempurna apa yang telah diberikan
oleh Allah kepada kita. Bahkan dengan amalan yang telah kita lakukan ribuan tahun belum mampu kita
membayarnya. Luar biasanya Allah, apa yang kita lakukakan di muka bumi ini akan
dikembalikan kepada kita sendiri. Semua tergantung kepada perbuatan kita.
Namun,
itulah sifat manusia. Tak jarang dari kita yang selalu berkeluh kesah dengan
apa yang diberikan oleh Allah. Selalu merasa kurang. Allah telah memberikan
rezeki yang melimpah, masih saja kurang dan ingin menumpuk lebih banyak lagi.
Allah sudah memberikan kecantikan. Bagi orang yang berkeluh kesah, tetap ada
yang masih kurang.
Dulu
manusia berdo’a ketika dia miskin ingin menjadi orang kaya. Lalu Allah
mengabulkannya. Lalu setelah itu ia berdoa lagi ingin diberikan pendamping
hidup. Allah mengabulkan. Setelah itu mereka mengingkari dengan merusak
pernikahan mereka dengan alasan tidak cocok dengan pasangan mereka. Yang
terjadi selanjutnya adalah selingkuh, bahkan berakhir kepada perceraian.
Keluh kesah
selalu menyumbat pola berfikir positif manusia terhadap sesuatu. Kita tak bisa
menemukan solusi dari permasalahan hidup yang kita hadapi dengan
pikiran-pikiran sempit kepada Allah. Karena Allahpun mengabulkan sesuatu sesuai
dengan prasangka umat-NYA. Bagaimana kita menemukan alternatif-alternatif
perubahan. Jika yang bersemayam dalam diri kita adalah keresahan-keresahan yang
berkepanjangan. Kita tidak akan mendapatkan kebaikan-kebaikan. Jika hati terus
dilanda ketidaktenangan dengan kondisi hidup yang diberikan oleh Allah, maka
kekufuran akan bersemayam yang menjadikan hati mati dari cahaya iman.
Kekesalan
yang kita bangun justru akan menjadikan amarah yang bisa saja membunuh diri
kita sendiri. Hati yang terlampau sering sesak dan bergelora tanpa pernah
disirami dengan nilai keimananan. Maka hati tersebut bisa menjadi keras, kebenaran
akan susah masuk. Hati tak bisa lagi memisahkan antara yang benar dengan yang
salah. Alamat semakin terpuruklah manusia tersebut di jalan kesesatan. Na’uzubillah min zalik.
Allah berfirman:
“ dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim:7).
Berkaca
pada firman Allah yang disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7 ini bahwa dalam
Islampun untuk mengatasi keluh kesah sudah diberikan panduannya dengan kita
bersyukur dengan apa yang diberikan Allah. Menerima segala takdir yang telah di
buat-NYA. Serta memiliki keyakinan bahwa dibalik setiap kisah-kisah yang
diberikan kepada kita sebagai umat-NYA, tersimpan berjuta hikmah yang dapat
memberikan pelajaran buat manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dengan
menukar keluh kesah dengan rasa syukur yang terus-menerus, manusia tak akan
pernah rugi. Bahkan Allah berjanji dengan menambahnya dengan sesuatu yang tidak
terduga. Kemudian Allah menjadikan hati kita lebih tenang dan tentram. Tiada
lagi kekhawatiran yang berujung negatif. Keluh kesah kita arahkan pada keluh kesah positif (ukhrawi), bagaimana amalan Ibadah kita
bisa diterima atau tidak oleh Allah. Dengan keluh kesah positif kita akan
senantiasa meningkatkan mutu amal ibadah kita menjadi lebih baik.
Orang yang
senantiasa menyandarkan segala sesuatu kepada Allah. Meyakini bahwa takdir
Allah adalah takdir yang terbaik dan segala sesuatu sudah di atur dalam Lauh Mahfuz. Maka ia akan menjalani
hidup ini dengan baik, hati yang damai, dengan senantiasa mengharap ridho Allah
SWT bahwa segala sesuatu adalah pemberian yang terbaik. Sikapnya akan bijaksana
dalam menyikapi setiap kejadian-kejadian. Ia jauh dari kebekuan. Hidupnya
terasa lapang. Tutur katanya lebih santun dan jauh dari sifat mengupat dan berkeluh kesah
yang dapat menyengsarakan.
Perbanyak Zikir Kepada Allah
Selain
menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah untuk menghilangkan rasa keluh kesah
kita. Dengan berzikir akan membantu kita untuk membasuh hati kita dengan
asma-asmanya. Melembutkan hati yang sedang gundah gulana. Berzikir tidak hanya
dalam tataran lafaz namun dalam prilaku kita sehari-hari. Zikir tak hanya dalam
keadaan kita sedang sholat saja, namun kapanpun dan di manapun kita berada.
Zikir dapat kita lakukan bahkan dalam kondisi, duduk, berdiri maupun sedang
berjalan. Subahanallah, Maha suci
Allah dengan segala ketentuan-NYA.
Sebagaimana
firman Allah mengatakan bahwa:
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (Qs.
Ar.Rad: 28 ).
Dengan memperbanyak zikir kepada maka
Allah akan memberikan ketentraman hati. Rasa nyaman dan kebahagiaan yang tak
akan terbeli dengan apapun. Orang-orang seperti ini akan senantiasa tawadhu,
rendah hati, dan jauh dari hal-hal yang membuatnya lalai mengingat Allah.
Zikir dapat
membawa manusia ke alam berfikir tentang kekuasaan Allah. Mengapa Allah
menciptakan semua ini. Mengapa Allah memberikan ujian dan cobaan. Mengapa Allah
memberikan kesenangan dan kesedihan. Mengapa Allah menghidupkan dan mematikan.
Mengapa Allah mengecilkan dan membesarkan. Banyak pertanyaan mengapa lainnya
yang dapat kita urai dan kita ungkap. Allahuakbar,
Maha Besar Allah yang telah menciptakan apapun di dunia ini. Jadi, buat apa
kita menjadikan hidup kita resah terus menerus, sementara kita sudah tahu bahwa
segala sesuatu telah diatur untuk menguji seorang hamba yang mengaku beriman
kepada-NYA.
Menanamkan Sifat Tawakal
Selain
bersyukur dan senantiasa berzikir kepada Allah atas apa yang diberikannya
kepada kita, salah satu sifat yang dapat menentramkan kita adalah dengan
bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Dengan sifat ini kita tak perlu
gelisah dan resah, jika segala sesuatu sudah kita lakukan dengan maksimal.
Manusia yang memiliki sifat tawakal, dia yakin betul bahwa pemberian Allah
adalah pemberian yang terbaik. Keputusan Allah adalah keputusan yang terbaik.
Meski jauh dari apa yang dia harapkan. Dia akan tetap memperbaiki apa yang
kurang dalam setiap ikhtiarnya. Ketawakalan kepada Allah akan menjauhkannya
dari sifat keluh dan kesah. Wallahu a’lam
bi Shawab.
Tulisan Ini di Muat di Buletin Masjid Al-Fatah Unisma, Edisi Agustus 2011, Vol 3, NO.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar